Per akhir sesi satu, indeks saham acuan di Indonesia tersebut menguat 0,71% ke level 6.189,91.
Data perdagangan mencatat, saham-saham yang berkontribusi signifikan dalam mendongkrak kinerja IHSG di antaranya: PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (+1,85%), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (+2,13%), PT HM Sampoerna Tbk/HMSP (+3,06%), PT Astra International Tbk/ASII (+2,69%), dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (+0,98%).
Kinerja IHSG senada dengan mayoritas bursa saham utama kawasan Asia yang juga sedang melaju di zona hijau. Hingga berita ini diturunkan, indeks Nikkei menguat 0,27%, indeks indeks Hang Seng terkerek 0,16%, dan indeks Kospi bertambah 0,11%.
Koreksi yang sudah terjadi pada perdagangan kemarin (25/9/2019) membuka ruang bagi pelaku pasar untuk melakukan aksi beli pada hari ini. Pada perdagangan kemarin, indeks Nikkei ditutup turun 0,36%, indeks Hang Seng anjlok 1,28%, dan indeks Kospi berkurang 1,32%.
Sementara itu, IHSG memang menguat kemarin, namun tipis saja yakni sebesar 0,14%. Apresiasi IHSG pada perdagangan kemarin terjadi seiring dengan lonjakan yang terjadi pada menit-menit akhir perdagangan.
IHSG mulai bangkit setelah dalam beberapa waktu terakhir terus diterpa tekanan jual, seiring dengan gelombang demo yang terjadi di berbagai wilayah di Indonesia. Pada periode 19 September-24 September (empat hari perdagangan), IHSG terus mencetak koreksi. Jika ditotal, koreksi dalam empat hari tersebut mencapai 2,21%.
Pada perdagangan kemarin, bursa saham Asia diterpa tekanan jual seiring dengan perekonomian China yang ternyata sedang babak belur.
Menurut Beige Book yang dipublikasikan kemarin, perekonomian China pada kuartal III-2019 berada di posisi terlemahnya selama tahun 2019. Lemahnya perekonomian China terjadi seiring dengan adanya kontraksi di sektor manufaktur dan jasa.
Menurut laporan tersebut, lemahnya perekonomian China pada saat ini utamanya disebabkan oleh aktivitas di sektor manufaktur yang tak bergairah. Laporan tersebut kemudian memaparkan bahwa penjualan dari perusahaan-perusahaan sektor manufaktur, laba bersih, volume penjualan, dan harga jual jatuh hingga dua digit jika dibandingkan dengan kuartal II-2019.
Harga jual di tingkat pabrik tercatat telah berhenti naik pada bulan Juni, sebelum kemudian jatuh pada bulan Juli dan Agustus. Kejatuhan harga jual ini kemudian menekan penjualan dan laba bersih, yang pada akhirnya akan membatasi kemampuan perusahaan-perusahaan untuk melakukan investasi dan memenuhi kewajiban utangnya.
Sementara itu, sektor jasa tercatat terus-menerus membukukan pelemahan, dengan penjualan dan laba bersih pada kuartal III-2019 jatuh jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Rekrutmen karyawan melambat, mengindikasikan bahwa jika sektor manufaktur harus melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) dalam jumlah besar, sektor jasa tak memiliki kapasitas untuk menyerapnya.
Untuk diketahui, Beige Book disusun berdasarkan wawancara dengan lebih dari 3.300 perusahaan di China. Periode wawancara untuk Beige Book edisi terbaru ini adalah pertengahan Agustus hingga pertengahan September.
BERLANJUT KE HALAMAN 2 -> Kesepakatan Dagang AS-China Bisa Datang Lebih Cepat (ank/tas)
Bisnis - Terkini - Google Berita
September 26, 2019 at 12:32PM
https://ift.tt/2ln6y0v
Usai Babak Belur Karena Gelombang Demo, IHSG Mulai Bangkit - CNBC Indonesia
Bisnis - Terkini - Google Berita
https://ift.tt/34Gk0OK
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Usai Babak Belur Karena Gelombang Demo, IHSG Mulai Bangkit - CNBC Indonesia"
Post a Comment