Rupiah tidak hanya menguat melawan dolar Amerika serikat (AS), tetapi juga melawan dolar Singapura dan dolar Australia.
Hingga pukul 10:16 WIB, rupiah menguat 1,03% melawan dolar AS ke Rp 16.280/US$. Rupiah menjauhi level terlemah sejak krisis 1998 yang disentuh di awal pekan ini.
Sementara melawan dolar Singapura, Mata Uang Garuda menguat 1,13% ke Rp 11.231,46 menjauhi rekor terlemah sepanjang sejarah Rp 11.407,78/SG$ yang dicapai pada Senin lalu. Kemudian berhadapan dengan dolar Australia, rupiah mampu melesat 1,8% ke Rp 9.626,36/AU$.
Sentimen pelaku pasar yang mulai membaik setelah Pemerintah Amerika Serikat (AS) menggelontorkan stimulus jumbo.
Seperti diketahui sebelumnya, pada Selasa lalu Pemerintah dan Senat AS telah mencapai kata sepakat untuk mengucurkan stimulus senilai US$ 2 triliun, yang dikatakan terbesar sepanjang sejarah. Stimulus tersebut bahkan dua kali lipat lebih besar dari nilai perekonomian Indonesia.
Kesepakatan tersebut kini masih dalam tahap Rancangan Undang-Undang (RUU) dan harus di-voting di Kongres AS, sebelum ditandatangani Presiden AS, Donald Trump.
Dengan gelontoran stimulus tersebut, perekonomian Negeri Paman Sam diharapkan masih bisa berputar meski sedang mengalami pandemi virus corona (COVID-19), dan akan berakselerasi kencang begitu COVID-19 berhasil dihentikan.
Membaiknya sentimen pelaku pasar tercermin dari rally bursa global dalam dua hari beruntun. Indeks Dow Joens di bursa saham AS bahkan mencatat kenaikan 11% di hari Selasa, menjadi kenaikan harian terbesar dalam 87 tahun terakhir.
Ketika sentimen pelaku pasar membaik, maka aset-aset berimbal hasil tinggi kembali menjadi target investasi, rupiah pun mendapat rejeki.
Hal tersebut terlihat dari pergerakan pasar keuangan dalam negeri. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melesat naik 7,35%, dengan investor asing melakukan aksi beli bersih Rp 277,46 miliar di pasar reguler.
Sementara di pasar obligasi, yield Surat Utang Negara (SUN) tenor 10 tahun turun 3,1 basis poin (bps) menjadi 8,291%.
Sebagai informasi, pergerakan yield berbanding terbaik dengan harganya, ketika yield naik berarti harga sedang turun, sebaliknya ketika yield turun artinya harga sedang naik. Ketika harga naik, itu berarti sedang ada aksi beli di pasar obligasi.
Pergerakan seperti ini sudah terjadi di awal tahun ini, ketika kesepakatan dagang AS-China membuat sentimen pelaku pasar membaik, outlook perekonomian tahun ini jadi lebih bagus dibandingkan tahun lalu, capital inflow mengalir deras ke RI dan rupiah menjadi mata yang terbaik di dunia, menguat lebih dari 2% melawan dolar AS, mendekati level terkuat 2 tahun di akhir Januari lalu.
Sementara dolar Singapura, rupiah melesat lebih dari 5% ke level terkuat dua tahun di akhir Januari, dan melawan dolar Australia rupiah bahkan terus menguat hingga nyaris 13% di pertengahan Maret lalu.
TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)
Bisnis - Terbaru - Google Berita
March 26, 2020 at 11:08AM
https://ift.tt/2wGo4lM
Perkasanya Rupiah, 3 Dolar pun Dilibas - CNBC Indonesia
Bisnis - Terbaru - Google Berita
https://ift.tt/34Gk0OK
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Perkasanya Rupiah, 3 Dolar pun Dilibas - CNBC Indonesia"
Post a Comment