Search

Pasang Surut Hubungan Garuda Indonesia dengan Sriwijaya Air - Kompas.com - KOMPAS.com

JAKARTA, KOMPAS.com - Hubungan Garuda Indonesia Group dengan Sriwijaya Air Group sempat memanas. Padahal, di akhir 2018 kedua perusahaan tersebut memutuskan untuk menjalin kerja sama.

Kerja sama itu dilakukan untuk membantu Sriwijaya melunasi utang ke beberapa perusahaan BUMN, di antaranya ke anak perusahaan Garuda PT GMF AeroAsia, PT Pertamina (Persero), dan PT Angkasa Pura I dan II.

Namun, di tengah jalan Sriwijaya Air diduga melakukan wanprestasi. Karena hal tersebut Garuda Indonesia melalui anak perusahaannya PT Citilink Indonesia melayangkan gugatan ke Sriwijaya Air Group di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.

Baca juga: Rujuk, Pesawat Sriwijaya Air Kini Bisa Dirawat di Bengkel Garuda

Permasalahan itu bermula saat dewan komisaris Sriwijaya Air melakukan perombakan direksi. Tak tanggung-tanggung, dewan komisaris Sriwijaya “mendepak” orang-orang Garuda Indonesia dari jajaran direksi maskapai tersebut.

Josep Adrian Saul dicopot dari jabatan Direktur Utama Sriwijaya Air. Lalu, Harkandri M Dahler selaku Direktur Human Capital and Service Sriwijaya Air dan Joseph K Tendean selaku Direktur Komersial Sriwijaya Air juga ikut dicopot.

Ketiga orang yang dicopot itu merupakan pejabat di maskapai Garuda Indonesia yang ditugaskan untuk mengelola Sriwijaya Air.

Josep Adrian merupakan mantan General Manager Garuda Indonesia Denpasar, lalu Harkandri M Dahler sebelumnya menjabat Direktur Personalia Garuda Maintenance Facility, sedangkan  Joseph K Tendean pernah menjabat sebagai Senior Manager Ancillary Garuda Indonesia.

Baca juga: Ini Alasan Garuda dan Sriwijaya Air Kembali Rujuk

Sontak, langkah dewan komisaris Sriwijaya tersebut membuat petinggi Garuda Indonesia Group meradang. Seusai melakukan "bersih-bersih" orang Garuda, para kreditor Sriwijaya berbondong-bondong menagih utang.

Pertama, PT Pertamina (persero) mendesak Sriwijaya Air Group segera melunasi utangnya sebesar Rp 791,44 miliar. Lalu, PT Gapura Angkasa menagih utang ke Sriwijaya Air sebesar Rp 43,5 milar.

Tak hanya memiliki utang di kedua perusahaan tersebut, rupanya Sriwijaya juga memiliki tunggakan ke beberapa BUMN di antaranya PT GMF AeroAsia Tbk senilai Rp 810 miliar dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Rp 585 miliar.

Selain itu, Sriwijaya Air juga memiliki utang suku cadang senilai 15 juta dollar AS, lalu kepada PT Angkasa Pura II senilai Rp 80 miliar, serta PT Angkasa Pura I sebesar Rp 50 miliar.

Karena utangnya tak kunjung dilunasi, beberapa perusahaan mengancam akan menghentikan layanan untuk Sriwijaya Air Group. Imbasnya, maskapai yang didirikan keluarga Chandra Lie itu terancam tak bisa lagi mengudara di langit Indonesia.

Di tengah situasi yang memanas itu, tiba-tiba tersiar kabar bahwa kedua perusahaan itu akan kembali rujuk.

Hal ini terjadi setelah menyepakati komitmen bersama untuk terus melanjutkan kerja sama manajemen (KSM) dengan pemegang saham Sriwijaya Air Group.

Adapun kesepakatan keberlanjutan KSM tersebut sejalan dengan pertemuan antara Garuda Indonesia Group dan Sriwijaya Air Group yang difasilitasi oleh Menteri BUMN Rini Soemarno beberapa waktu lalu.

“Kami berharap momentum baik ini dapat menjadi turning point komitmen bersama seluruh pihak untuk senantiasa mengedepankan kepentingan bersama dalam mendukung upaya peningkatan daya saing industri penerbangan nasional dengan menyelamatan aset negara dalam hal ini Sriwijaya Air Group," ujar Ditektur Utama Citilink Indonesia Juliandra di Tangerang, Selasa (1/10/2019).

Baca juga: Kemenhub: Setengah Armada Sriwijaya Tak Laik Terbang

Juliandra mengatakan, ada sejumlah alasan pihaknya ingin melanjutkan kerja sama manajemen dengan Sriwijaya Air.

Alasan pertama, kata Juliandra, masalah keselamatan. Dia menginginkan dengan terjalinnya kerja sama ini lagi armada Sriwijaya Air bisa kembali mengudara di langit Indonesia.

“Para pihak berkomitmen untuk senantiasa yang pertama mengedepankan safety, jadi safety atau kelaikan dari pesawat-pesawat Sriwijaya Air itu jadi prioritas,” kata Juliandra.

Kedua, lanjut Juliandra, rujuknya dua perusahaan yang bergerak di industri penerbangan ini demi kepentingan pelanggan.

“Jadi kepentingan pelanggan itu sangat menjadi pertimbangan kenapa kami memutuskan untuk melanjutkan kerja sama ini,” kata Juliandra.

Ketiga, perdamaaian Garuda Indonesia dengan Sriwijaya Air demi menyelamatkan aset negara.

“Dalam hal ini kita ingin mendukung kondisi Sriwijaya Air lebih baik lagi. Serta yang terakhir alasan atau pertimbangan kita adalah kita ingin ekosistem penerbangan di Indonesia makin lama makin sehat,” ucap dia.

Sementara itu, perwakilan pemegang saham Sriwijaya Air Group Jefferson Jauwena menyambut baik keberlanjutan kerja sama ini.

“Kami menyambut baik komitmen dan komunikasi yang telah terjalin baik bersama Garuda Indonesia Group. Kami harapkan kedepannya Garuda Indonesia Group bersama Sriwijaya Air Group akan terus bersinergi untuk terus membangun jaringan transportasi udara naslonal,” kata Jefferson.

Baca juga: Dua Direksi Sriwijaya Air Mengundurkan Diri, Ada Apa?

Let's block ads! (Why?)



Bisnis - Terkini - Google Berita
October 02, 2019 at 09:33AM
https://ift.tt/2olo4Du

Pasang Surut Hubungan Garuda Indonesia dengan Sriwijaya Air - Kompas.com - KOMPAS.com
Bisnis - Terkini - Google Berita
https://ift.tt/34Gk0OK

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Pasang Surut Hubungan Garuda Indonesia dengan Sriwijaya Air - Kompas.com - KOMPAS.com"

Post a Comment

Powered by Blogger.