Dalam ulasan tahunannya, perusahaan konsultasi ini menegaskan mayoritas bank secara global, tidak layak secara ekonomi karena tingkat pengembalian ekuitas (return on equity/ROI) mereka tidak sejalan dengan biaya yang dikeluarkan.
Menurut mitra senior McKinsey, bank-bank global harus mengambil langkah berani mengingat kondisi yang ada saat ini sangat tidak kondusif bagi sektor perbankan. "Pada siklus akhir, tidak ada yang mampu berpuas diri," ujar mitra senior McKinsey, sebagaimana ditulis Bloomberg, dikutip CNBC Indonesia, Selasa (29/10/2019).
Menurut McKinsey, keberadaan startup fintech hingga perusahaan raksasa seperti Apple Inc. dan Alphabet Inc bisa menjadi saingan berat bagi perbankan ke depan. Apalagi keberadaan perusahaan fintech juga mampu merubah perilaku konsumen, termasuk nasabah perbankan.
"Oleh sebab itu, bank-bank harus bisa memutuskan apakah akan bersaing dengan, bermitra atau mengakuisisi beberapa pendatang baru ini," ujarnya lagi.
Menanggapi kondisi perbankan saat ini, Direktur Keuangan dan Strategi PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), Panji Irawan, mengatakan dinamika yang terjadi di pasar membuat perusahaan memilih menurunkan target kredit.
BMRI merevisi turun target pertumbuhan penyaluran kredit hingga akhir 2019 menjadi 8%-9% dari target sebelumnya 10%-12% seiring dengan masih melambatnya konsumsi nasional sejak tahun lalu, yang berdampak pada melambatnya permintaan kredit.
Hingga akhir kuartal III-2019, Bank Mandiri hanya bisa mencapai pertumbuhan penyaluran kredit 7,8% secara year on year (YoY).
"Kita juga adjust risk appetite karena dinamika di pasar tapi kami rancang akhir tahun growing akan single digit 8-9%," kata Panji di Plaza Mandiri, Jakarta, Senin (28/10/2019).
Dalam kesempatan yang sama, Hery Gunardi, Direktur Bisnis dan Jaringan Bank Mandiri juga menyebutkan terdapat beberapa portofolio kredit yang diturunkan targetnya di tahun ini, seperti corporate banking yang target pertumbuhannya dialihkan ke sektor komersial dan small medium enterprise (SME) atau UMKM.
"Kita tidak hanya fokus di volume tapi juga kualitas dan marginnya," imbuhnya.
Sepanjang tahun hingga September 2019, penyaluran kredit Bank Mandiri naik 7,8% menjadi Rp 842 triliun dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp 781 triliun.
Di sisi lain, bank dengan kapitalisasi pasar terbesar di Bursa Efek Indonesia yakni Rp 765 triliun (per Selasa 29 Oktober), yakni PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), juga tampaknya pesimistis dengan kondisi ekonomi 2020.
Presiden Direktur BBCA Jahja Setiaatmadja memperkirakan pertumbuhan kredit pada 2020 hanya 8% hingga 9%."Gambaran tahun depan, kita tidak akan terlalu berani optimistis dengan pertumbuhan kredit 12-13%, tapi 8-9%. Dengan catatan kita selalu start dengan konservatif, tapi pada gilirannya permintaan kredit meningkat, kita bisa melebihi target, tapi harus memenuhi syarat dari permintaan kredit yang layak," kata Jahja, dalam paparan publik kinerja keuangan kuartal III-2019, Senin (28/10/2019).
Jahja mengatakan, hingga akhir tahun pertumbuhan kredit BCA diproyeksi bisa mencapai 10,9%, diperkirakan di atas rata-rata industri 8,6%.
"Jujur kita nggak berani mengantisipasi kenaikan, karena waktu tinggal 3 bulan. Tahun lalu pada kuartal IV meningkat besar, kita keluarkan target 10,9%,"kataJahja.
Pertumbuhan kredit tahun ini, lanjut Jahja, di luar ekspektasi karena Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia memperkirakan kredit akan tumbuh 9% atau di atas 9%. "Kalau melihat situasi year to date cuma 6% mungkin akhir tahun (pertumbuhan kredit BCA) bisa 8%, kita sedikit pesimistis," kata Jahja.
Padahal menurut Jahja, pertumbuhan kredit pada 2018 lebih bagus dibandingkan 2017. Pada awal 2019 diperkirakan bisa lebih baik, tetapi hiruk pikuk pemilihan presiden (pilpres) dan dinamika politik pasca-pilpres yang belum kondusif sampai penunjukan kabinet yang baru membuat pertumbuhan ekonomi melambat.
Efisiensi bisnis seperti biasa, bisa membuat bank tertinggal jauh. Bank harus meningkatkan anggaran teknologi dari kebiasaan yang hanya 35%.
Sepanjang 9 bulan pertama tahun ini, BBCA sudah menyalurkan kredit Rp 585 triliun, tumbuh 10,9% secara tahunan. Dari pertumbuhan double digit itu, segmen korporasi mampu tumbuh 16,5% secara tahunan menjadi Rp 230 triliun. Kredit di segmen komersial dan UMKM tumbuh 10,5% yoy menjadi Rp 192,2 triliun. Sedangkan, dari segmen konsumer tumbuh melambat hanya 4,1% menjadi Rp 156,3 triliun.
Secara global di industri perbankan, pemutusan hubungan kerja di sektor perbankan terus terjadi. Bahkan yang paling baru, 15 bank akan PHK karyawannya di 2019 hingga 2 tahun ke depan. Beberapa bank global di antaranya Deutsche Bank 18.000 pegawai, HSBC 10.000 pegawai, dan Mitsubishi UFJ Financial Group Inc 4.300 pegawai.
Awas sinyal kredit bank melambat
Bisnis - Terkini - Google Berita
October 29, 2019 at 10:57AM
https://ift.tt/347OesT
McKinsey: Bank Global 'Sekarat', Ini Respons BBCA & BMRI - CNBC Indonesia
Bisnis - Terkini - Google Berita
https://ift.tt/34Gk0OK
Bagikan Berita Ini
0 Response to "McKinsey: Bank Global 'Sekarat', Ini Respons BBCA & BMRI - CNBC Indonesia"
Post a Comment