Search

Obat Corona Gilead Sukses Diuji, Pasar Keuangan Siap Menguat! - CNBC Indonesia

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan dalam negeri akhirnya kompak pada perdagangan Rabu (29/4/2020) kemarin, mendapat sentimen positif dari dalam dan luar negeri membuat.

Salah satu penyebab penguatan pasar keuangan Indonesia adalah Bank Indonesia (BI) yang kembali menebar optimisme. Sikap BI tersebut masih akan mempengaruhi pergerakan pasar hari ini. Selain itu obat remdesivir dari Gilead Sciences Inc. yang dikabarkan sukses mengobati Covid-19 akan membuat pasar keuangan dalam negeri bersemangat dan berpeluang kembali menguat. Obat Covid-19 tersebut akan dibahas di halaman 2 dan 3.


Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berada di zona hijau sejak pembukaan perdagangan, hingga penutupan. Bursa kebanggaan Tanah Air ini mengakhiri perdagangan di level 4.576,323 atau menguat 0,83%, bahkan tidak jauh dari level tertinggi intraday 4568,665.

Berdasarkan data RTI, nilai transaksi Rabu kemarin sebesar Rp 6,05 triliun, dengan investor asing melakukan aksi jual bersih (net sell) senilai Rp 401,72 miliar di pasar reguler dan non-reguler.

Sementara itu, rupiah kembali mencatat penguatan setelah terkoreksi di hari Selasa (28/4/2020) lalu. Rupiah langsung menguat begitu perdagangan Rabu dibuka, suatu hal yang jarang terjadi dalam beberapa hari terakhir.

Tetapi pergerakan rupiah cukup liar, bahkan sempat melemah 0,1%. Tetapi, sekali lagi gaya khas rupiah perkasa di menit-menit akhir kembali ditunjukkan, bahkan langsung melesat 0,78% di Rp 15.260/US$. Level tersebut merupakan yang terkuat sejak 18 Maret.

Penguatan rupiah terjadi merespon video conference Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, yang memaparkan Perkembangan Ekonomi Terkini.

Sejak pasar finansial bergejolak di bulan Maret, BI secara rutin memberikan update terbaru kondisi ekonomi dalam negeri. Pada pekan-pekan sebelumnya Gubernur Perry memberikan update pada hari Selasa dan Kamis pukul 14:00 WIB, tetapi memasuki bulan puasa, dilakukan seminggu sekali pada hari Rabu, dan mulai pukul 8:30 WIB.

Dalam beberapa kesempatan, rupiah selalu menguat merespon video conference tersebut, sebabnya Perry selalu menebar optimisme. Hal tersebut juga terjadi hari ini.

Pelemahan rupiah Selasa kemarin dikatakan sebagai akibat permintaan valas yang tinggi di akhir bulan, serta faktor teknikal.

Meski demikian BI masih pede rupiah akan ke Rp 15.000/US$ di akhir tahun nanti.

"Pertama, dari sisi fundamental yang Rp 15.400/US$ sekarang ini undervalue. Karena defisit transaksi berjalan lebih rendah dari yang kita perkirakan 2,5-3% PDB. Di Triwulan I-2020 di bawah 1,5% dari PDB dan di akhir tahun bisa di bawah 2% PDB," katanya.

"Sehingga kalau CAD lebih rendah maka kebutuhan devisa jauh lebih rendah dan ini mendukung penguatan nilai tukar ke arah fundamental. Selain itu faktor teknikal seperti premi risiko akan dorong lebih kuat dari Rp 15.400/US$," imbuh Perry.

Lebih jauh Perry mengatakan, ke depan arus aliran modal asing juga masih akan terus masuk pasar uang, meski saat ini sedang seret. Apalagi jika nanti pandemi COVID-19 telah mereda, sehingga masih akan terus menguat, kata Perry, ke arah Rp 15.000/US$.

"Arus modal asing Insyallah masuk. Sekarang lagi seret, kadang masuk kadang keluar. Insyallah inflow membaik di triwulan II dan IV," papar Perry.

Sementara dari pasar obligasi, yield Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun turun 1,8 basis poin menjadi 8,077%. Ini merupakan penurunan pertama dalam 6 hari terakhir.

Sebagai informasi, pergerakan yield berbanding terbaik dengan harganya, ketika yield naik berarti harga sedang turun, sebaliknya ketika yield turun artinya harga sedang naik. Ketika harga turun, itu berarti sedang ada aksi jual di pasar obligasi.

Seretnya arus modal asing membuat BI ikut lelang SBN yang dilakukan pemeritah Selasa lalu.

"Kemarin, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mengindikasikan target dari penerbitan SBN Rp 20 triliun, bisa dinaikkan sampai Rp 40 triliun. Bid (penawaran) yang masuk adalah Rp 44,4 triliun, bid to cover ratio 2,2 kali," kata Perry.

Dalam Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perppu) No 1/2020, BI sudah diperkenankan masuk ke pasar perdana alias lelang SBN. Sebelumnya, BI hanya bisa membeli SBN di pasar sekunder.

Perry mengungkapkan, kesepakatan BI dengan Kemenkeu adalah MH Thamrin bisa membeli maksimal 25% dari target. Dengan target indikatif yang bisa mencapai Rp 40 triliun, berarti BI bisa membeli sampai Rp 10 triliun.

"Namun kami ingin mendahulukan pelaku pasar. Kami bid Rp 7,5 triliun. Jadi kemarin Rp 44,4 triliun itu Rp 7,5 triliun dari BI," kata Perry.

Sementara itu sentimen positif dari eksternal datang dari rencana pelonggaran karantina wilayah (lockdown) di Eropa dan Amerika Serikat. Selain itu harga minyak mentah yang menguat juga mengangkat risk appetite pelaku pasar. Rabu kemarin, minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) mengakhiri perdagangan di US$ 15,06/barel, melesat lebih dari 22%, sementara jenis Brent menguat lebih dari 10% di US$ 22,54/barel.

[Gambas:Video CNBC]

Let's block ads! (Why?)



Bisnis - Terbaru - Google Berita
April 30, 2020 at 06:48AM
https://ift.tt/2y3z25T

Obat Corona Gilead Sukses Diuji, Pasar Keuangan Siap Menguat! - CNBC Indonesia
Bisnis - Terbaru - Google Berita
https://ift.tt/34Gk0OK

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Obat Corona Gilead Sukses Diuji, Pasar Keuangan Siap Menguat! - CNBC Indonesia"

Post a Comment

Powered by Blogger.