Kemarin, IHSG ditutup amblas 1,16% dan tidak lagi di kisaran 6.000. IHSG menyentuh posisi terendah sejak Mei.
Sementara nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat tipis 0,04%, tetapi penguatan ini baru hadir jelang penutupan pasar spot. Mata uang Tanah Air nyaris seharian menghuni zona merah.
Kemudian imbal hasil (yield) obligasi pemerintah seri acuan tenor 10 tahun turun 2,2 basis poin (bps). Penurunan yield artinya harga instrumen ini sedang naik karena tingginya permintaan.
Secara umum, sebenarnya pasar keuangan Asia babak-belur pada perdagangan kemarin. Penyebabnya adalah hubungan AS-China yang menegang.
Presiden AS Donald Trump menandatangani Undang-undang (UU) penegakan hak asasi manusia di Hong Kong yang diusulkan oleh Kongres. Salah satu poin dalam UU tersebut adalah pemberian sanksi bagi pejabat China yang terbukti melakukan pelanggaran hak asasi manusia di Hong Kong.
"Saya meneken UU ini sebagai bentuk respek kepada Presiden Xi (Jinping), China, dan rakyat Hong Kong. UU ini disahkan dengan harapan pemimpin dan perwakilan China di Hong Kong dapat mengatasi perbedaan serta menciptakan perdamaian dan kemakmuran bagi semua," kata Trump melalui keterangan tertulis.
Seperti perkiraan, China tidak terima. Kementerian Luar Negeri China menegaskan penolakan terhadap UU yang baru diteken Trump. Beijing menilai upaya AS mengintervensi urusan rumah tangga China akan gagal.
"Pemerintah China akan membalas jika AS terus melakukan hal semacam ini. AS adalah pihak yang harus bertanggung jawab," tegas pernyataan tertulis Kementerian Luar Negeri China, seperti diberitakan Reuters.
Oleh karena itu, langkah Trump yang mengesahkan UU penegakan hak asasi manusia di Hong Kong tentu akan mempengaruhi mood China saat melakukan perundingan dagang. Bisa saja AS-China gagal menyepakati perjanjian damai dagang Fase I.
Risiko perang dagang yang kembali meningkat menyebabkan pelaku pasar cenderung bermain aman. Aset-aset berisiko di negara berkembang pun jadi tumbal.
Namun mengapa rupiah dan harga obligasi masih bisa menguat? Sepertinya rupiah terangkat karena intervensi Bank Indonesia (BI). Bank sentral terlihat aktif di pasar Domestic Non-Deliverable Forwards (DNDF).
Selain itu, ada kemungkinan MH Thamrin juga masuk di pasar obligasi. 'Guyuran' BI di pasar Surat Berharga Negara (SBN) membuat harga instrumen ini naik.
Ditambah lagi investor memang tampaknya sedang getol memburu obligasi pemerintah karena suplainya yang terbatas. Kementerian Keuangan memutuskan untuk membatalkan dua lelang yang tersisa sampai akhir 2019. Ini membuat pasokan obligasi pemerintah di pasar menjadi berkurang sehingga harganya terangkat.
Bisnis - Terkini - Google Berita
November 29, 2019 at 05:44AM
https://ift.tt/34uI5Yn
Waspada Serangan Balasan China! - CNBC Indonesia
Bisnis - Terkini - Google Berita
https://ift.tt/34Gk0OK
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Waspada Serangan Balasan China! - CNBC Indonesia"
Post a Comment