Pada penutupan perdagangan, IHSG tercatat anjlok 1,16% ke level 5.953,06 indeks poin dengan total nilai transaksi hanya mencapai Rp 6,03 triliun, jauh lebih rendah dari rata-rata harian transaksi saham yang sekitar Rp 9,2 triliun.
Padahal dari grafik di atas terlihat bahwa pada perdagangan 2 hari sebelumnya, total transaksi yang dicatatkan bursa saham Ibu Pertiwi mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan.
Akan tetapi, dengan kondisi hubungan dagang Amerika Serikat (AS) dan China yang kembali memanas dan potensi penguatan dolar AS membuat berinvestasi pada aset-aset berisiko berbasis rupiah menjadi kurang menarik.
Terlebih lagi, bulan November merupakan periode penyesuaian (rebalancing) indeks MSCI. Selama proses ini manajer dan bank investasi yang portofolionya merujuk indeks MSCI akan melakukan bersih-bersih saham.
Untuk diketahui, MSCI Inc. (Morgan Stanley Capital International) merupakan penyedia indeks saham dan obligasi terkemuka dunia. Indeks saham yang diracik perusahaan ini banyak dijadikan acuan oleh para manajer investasi dunia dalam mengelola dana investasi nasabah mereka.
Direktur Perdagangan BEI Laksono Widodo mengatakan tertekannya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ini masih akan berlangsung hingga proses penyesuaian indeks yang menjadi acuan saham global ini selesai.
Terdapat potensi bahwa saham-saham Indonesia akan turun proporsinya dalam indeks tersebut yang mengakibatkan manajer investasi mengobral saham-saham domestik ibu pertiwi.
Hal tersebut terkait dengan mulai ditambahkannya saham-saham kelas A asal China ke indeks-indeks MSCI Emerging Market yang sudah memasuki tahap ketiga. Masuknya saham-saham dari Negeri Tirai Bambu tersebut tentu dapat menurunkan bobot dari saham negara berkembang lain, termasuk Indonesia.
Ekspektasi penurunan bobot tersebut merujuk pada analisis yang dilakukan Deutsche Bank tahun lalu bahwa jika inklusi saham-saham kelas A asal China ke dalam indeks-indeks MSCI Emerging Market tuntas, maka akan membuat porsi saham-saham asal Negeri Tirai Bambu bertambah menjadi 42%, sedangkan porsi Indonesia akan berkurang menjadi 1,76% dari sebelumnya 2,15%.
Hal ini tampaknya benar adanya. Pasalnya, merujuk data statistik harian yang dirilis BEI hari ini, dari 10 (sepuluh) saham yang paling aktif ditransaksikan dan mencatatkan penurunan harga, 9 di antaranya masuk dalam kategori indeks MSCI Indonesia. Hanya PT Medco Eergi Internasional Tbk (MEDC) yang tidak menjadi anggota indeks MSCI Indonesia
PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menjadi saham yang paling banyak ditransaksikan pada perdagangan hari ini dan harga saham perusahaan tercatat melemah 0,79%.
Selain itu, juga ada saham PT Surya Citra Media Tbk (SCMA) yang membukukan koreksi hingga 5,67% dengan total nilai transaksi saham sebesar Rp 76,54 miliar.
TIM RISET CNBC INDONESIA (dwa/hps)
Bisnis - Terkini - Google Berita
November 28, 2019 at 05:49PM
https://ift.tt/2OwyQS2
IHSG Ambles di Bawah 6.000, Ini Sederet Saham yang Dilego - CNBC Indonesia
Bisnis - Terkini - Google Berita
https://ift.tt/34Gk0OK
Bagikan Berita Ini
0 Response to "IHSG Ambles di Bawah 6.000, Ini Sederet Saham yang Dilego - CNBC Indonesia"
Post a Comment