Hal tersebut disampaikan oleh Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga mengatakan penurunan harga saham perusahaan pelat merah melebihi fundamental.
"Tadi sudah koordinasi untuk buyback saham, ada 12 BUMN yg akan buyback nilainya Rp 7triliun- Rp 8 triliun," kata Arya di Kantor Kementerian BUMN, setelah melakukan pertemuan dengan para direksi perusahaan pelat merah, Selasa (10/3/2020).
"Periodenya udah mulai, strateginya diserahkan ke masing-masing perusahaan. Alasannya IHSG turun, baru nilai fundamental perusahaan melebih nilai transaksi di pasar," kata Arya.
12 perusahaan pelat merah tersebut termasuk dalam 3 sektor, finansial, konstruksi, dan pertambangan. Melihat kinerjanya sejak awal tahun atau secara year-to-date (YTD) harga saham 12 BUMN tersebut sudah merosot tajam. Sektor konstruksi menjadi yang terburuk.
Dari sektor finansial, ada 4 BUMN yang akan melakukan buyback yaitu dari sektor perbankan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN).
BBTN menjadi bank dengan kinerja terburuk secara YTD. Berdasarkan data dari Bursa Efek Indonesia (BEI) sejak akhir tahun 2019 hingga Selasa kemarin saham BBTN sudah merosot 29,35%, disusul BBNI 27,71%. Pada periode yang sama, saham BBRI dan BMRI anjlok 11,14% dan 10,42%.
Sementara dari sektor konstruksi, ada PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), PT Adhi Karya Tbk (ADHI), PT PP Tbk (PTPP), PT Jasa Marga Tbk (JSMR) dan PT Waskita Karya Tbk (WSKT) yang siap buyback. Tiga dari lima saham sektor konstruksi tersebut babak belur sepanjang tahun ini. Yang terburuk, WSKT yang ambles 42,76%, disusul ADHI -42,13%, dan PTPP -38,17%.
Sementara saham WIKA dan JSMR anjlok 22,11% dan 13,04%.
Lalu dari sektor pertambangan, buyback akan dilakukan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dan PT Timah Tbk (TINS). TINS kinerja paling buruk, merosot 33,33% YTD, kemudian ANTM -31,55%, dan PTBA melemah 13,16%.
"Ya kalau buyback tergantung masing masing BUMN. (Kondisi) Likuiditasnya dan mengenai nilai fundamentalnya," kata Kartika yang biasa dipanggil Tiko di Jakarta, Rabu (11/3/2020).
Kartika mengatakan sudah melakukan pemetaan terhadap penurunan harga saham BUMN yang sempat anjlok dalam di awal pekan. Selain itu, sentimen negatif virus corona atau Covid-19 masih menjadi sumber utama pemicu koreksi bursa saham dunia, termasuk Indonesia.
Kartika menambahkan, jika harga saham sudah turun banyak dari fundamental, maka BUMN tersebtu dipersilahkan melakukan buyback secara bertahap.
"Jadi kemarin mereka melakukan mapping yang nilai sahamnya jauh dari fundamental nah itu bisa masuk secara bertahap lah ga masuk sekaligus," kata Kartika.
Kartika menyebutkan, harga saham yang jatuh dan sudah jauh dari nilai wajar fundamentalnya, diantaranya saham BRI, Mandiri, Jasa Marga, Waskita Karya dan Adhi Karya.
"Beberapa secara fundamental nilainya masih make sense. Seperti Telkom (PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM) mereka ga masuk," sebut Kartika.
Sementara itu, saham BTN dan BNI, kata Kartika, bisa lebih cepat masuk karena harga saham dibanding fundamentalnya sudah turun jauh.
Tiko juga menyebutkan, semua BUMN yang akan melakukan buyback sudah menyiapkan dana. Besarannya tergantung dari kondisi likuiditas. Saham buyback akan ditempatkan di treasury stock.
TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/hps)
Bisnis - Terbaru - Google Berita
March 11, 2020 at 01:41PM
https://ift.tt/2vhb0CY
12 BUMN Buyback, Sahamnya Ada yang Anjlok 42% - CNBC Indonesia
Bisnis - Terbaru - Google Berita
https://ift.tt/34Gk0OK
Bagikan Berita Ini
0 Response to "12 BUMN Buyback, Sahamnya Ada yang Anjlok 42% - CNBC Indonesia"
Post a Comment