Penguatan rupiah bahkan menebal menjadi 0,32% ke level Rp 13.840/US$. Namun pada pukul 13:00 WIB, rupiah kembali ke level Rp 13.950/US$.
Penguatan rupiah dan mata uang Asia lainnya dipicu melunaknya sikap Presiden AS, Donald Trump, merespon serangan rudal Iran ke pangkalan militer AS di Irak.
Pada Rabu pagi waktu AS, Presiden Trump berpidato dan mengatakan Iran "sepertinya mundur" setelah melakukan serangan tersebut. Ia juga menyatakan akan mengenakan sanksi ekonomi ke Teheran. Hal tersebut mengindikasikan Presiden AS ke-45 ini tidak akan menggunakan kekuatan militer, yang membuat sentimen pelaku pasar kembali membaik.
Foto: Demo Mengecam Tindakan AS Terhadap Iran di India (AP Photo/Altaf Qadri)
|
Presiden AS ke-45 ini juga mengatakan membuka peluang bernegosiasi dengan Iran. "Kita semua harus bekerja sama untuk mencapai kesepakatan dengan Iran yang membuat dunia menjadi tempat yang lebih aman dan damai" kata Trump sebagaimana dilansir CNBC International.
Seperti diketahui sebelumnya, sebelum perdagangan dalam negeri hari Rabu (8/1/2020) dibuka, Iran menyerang pangkalan militer AS di Irak dengan rudal. Dampaknya pelaku pasar bermain aman dengan masuk ke aset-aset safe haven dan meninggalkan aset berisiko yang berimbal hasil tinggi.
Pelaku pasar dibuat cemas akan risiko perang yang lebih besar dari kedua negara, rupiah pun melemah. Padahal, jika Iran tidak menyerang pangkalan militer AS, rupiah bisa saja menguat melihat pergerakannya di hari sebelumnya.
Pada peradagangan Selasa (6/1/2020), rupiah rupiah membuka perdagangan di level Rp 13.930/US$, dan mengakhiri perdagangan di level Rp 13.870/US$, menguat 0,47%.
Level pembukaan rupiah itu sekaligus menjadi titik terlemahnya, sementara level penutupan menjadi titik terkuat rupiah pada hari Selasa. Dengan demikian, secara teknikal rupiah membentuk pola Black Marubozu.
Foto: Refinitiv
|
Grafik di atas menunjukkan pergerakan harian dolar AS vs rupiah (USD/IDR) dalam candlestick. Black Marubozu terjadi pada hari Selasa lalu, yang menjadi tanda jika dominannya para investor yang menjual dolar AS dan dan atau membeli rupiah.
Munculnya Black Marubozu kerap dijadikan sinyal kuat jika harga suatu instrument akan mengalami penurun lebih lanjut. Dalam hal ini, nilai tukar dolar AS melemah melawan rupiah. Dengan kata lain, rupiah berpotensi melanjutkan penguatan.
Dominannya para investor yang menjual dolar AS dan dan atau membeli rupiah akhirnya terlihat lagi pada hari ini setelah Rabu kemarin menahan diri akibat risiko terjadinya perang antara AS dan Iran.
Kini, penguatan rupiah menargetkan level Rp 13.830/US$ (level terkuat Juni 2018), jika berhasil dilewati, rupiah membuka peluang penguatan ke Rp 13.800 sampai 13.770/US$.
Resisten (tahanan atas) berada di level Rp 13.910/US$, selama tertahan di bawah level tersebut rupiah berpeluang terus menguat menuju target Rp 13.770/US$.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/tas)Bisnis - Terbaru - Google Berita
January 09, 2020 at 02:38PM
https://ift.tt/2t0xEhI
Efek Black Marubozu Terasa, Rupiah Bidik Level Rp 13.770/US$ - CNBC Indonesia
Bisnis - Terbaru - Google Berita
https://ift.tt/34Gk0OK
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Efek Black Marubozu Terasa, Rupiah Bidik Level Rp 13.770/US$ - CNBC Indonesia"
Post a Comment