Mengacu data BEI, indeks saham-saham paling likuid di BEI yakni Indeks LQ45, ambles 4,75%. Harga saham-saham yang tergabung dalam indeks tersebut bahkan ada yang terkoreksi lebih dari 10%.
Saham PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) turun 13,21%, lalu saham PT Waskita Karya Tbk (WSKT) turun 12,34%, PT PP Tbk (PTPP) turun 12,22%, PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) turun 11,11% dan PT Barito Pacific Tbk (BRPT) turun 10,83%.
Penurunan harga 5 saham LQ45 tersebut sempat menjadi pertanyaan di kalangan pelaku pasar. Pasalnya BEI atas izin dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memberlakukan kebijakan auto reject asimetris.
Auto reject adalah penolakan sistem perdagangan secara otomatis ketika harga satu efek melebihi ketentuan. Mulai Selasa (10/3/2020) BEI telah menerapkan kebijakan auto reject asimetris.
Dalam kebijakan baru ini maka harga saham hanya bisa turun maksimal 10% dalam 1 hari. Bila turun menyentuh 10% maka akan terkena auto rejection bawah. Sementara auto reject atas masih sama dengan ketentuan sebelumnya, yakni 20%-35% sesuai dengan fraksi harga.
Dihubungi Kamis pagi, Laksono W. Widodo, Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI, menjelaskan bahwa perhitungan auto reject asimetris tersebut dihitung dari market opening.
"Jadi kalau saham-saham yang ikutan di pre-opening yaitu saham-saham LQ45, ada bisa turun lebih banyak karena harga dihitung dari market open bukan closing kemarin [Jumat]," kata Laksono.
Mengacu data market opening, artinya saham WIKA baru turun 4,72%, PTPP -3,04%, dan WSKT -2,14%.
(tas/tas)
Bisnis - Terbaru - Google Berita
March 12, 2020 at 10:12AM
https://ift.tt/3aOePyo
Saham Drop 10% kok Belum Kena Auto Reject? Ini Penjelasan BEI - CNBC Indonesia
Bisnis - Terbaru - Google Berita
https://ift.tt/34Gk0OK
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Saham Drop 10% kok Belum Kena Auto Reject? Ini Penjelasan BEI - CNBC Indonesia"
Post a Comment