Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan nilai ekspor pada Februari sebesar US$ 13,94 miliar atau naik 11% year-on-year (YoY). Sementara impor tercatat US$ 11,6 miliar, turun 5,11% YoY. Ini membuat neraca perdagangan membukukan surplus US$ 2,34 miliar, tertinggi sejak 2011.
Realisasi ini jauh lebih baik ketimbang ekspektasi pasar. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan ekspor terkontraksi -7,215% year-on-year (YoY), impor terkontraksi -4,855% YoY, dan neraca perdagangan surplus tipis US$ 91 juta.
Di satu sisi, neraca pembayaran yang surplus tinggi menjadi kabar baik. Ketersediaan valas di perekonomian domestik meningkat, sehingga tekanan transaksi berjalan (current account) menurun. Ini bisa menjadi modal untuk memperkuat fondasi rupiah.
Namun di sisi lain, surplus ini patut dikhawatirkan. Pasalnya data yang ada begitu jelas menggambarkan rantai pasok yang rusak.
Bisnis - Terbaru - Google Berita
March 16, 2020 at 12:30PM
https://ift.tt/3aXX4g9
Neraca Dagang RI Surplus Tinggi, Tapi Kenapa Harus Hati-hati? - CNBC Indonesia
Bisnis - Terbaru - Google Berita
https://ift.tt/34Gk0OK
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Neraca Dagang RI Surplus Tinggi, Tapi Kenapa Harus Hati-hati? - CNBC Indonesia"
Post a Comment