
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan nilai impor pada November 2019 adalah US$ 14,01 miliar atau turun 5,67% year-on-year (YoY). Kemudian impor tercatat US$ 15,34 miliar, terkontraksi 9,25% YoY. Hasilnya, neraca perdagangan Indonesia defisit US$ 1,33 miliar. Ini adalah defisit perdagangan terdalam sejak April.
Dengan penurunan pada November, berarti ekspor sudah negatif dalam 13 bulan beruntun. Selama koreksi impor terjadi selama lima bulan berturut-turut.
Penurunan ekspor adalah sesuatu yang sulit dihindari dan di luar kendali pembuat kebijakan. Apa boleh buat, harga komoditas ekspor andalan Indonesia memang turun.
Sepanjang Januari-November 2019, ekspor Indonesia masih mengandalkan dua komoditas utama yaitu bahan bakar mineral (terutama batu bara) serta lemak dan minyak hewan/nabati (utamanya minyak sawit mentah/CPO). Harga batu bara, misalnya, amblas 33,2% dalam setahun terakhir.
"Ekspor bahan bakar mineral turun 9,67% selama Januari-November 2019, dengan catatan kuantitas ekspor batu bara sebenarnya masih naik 7,56%. Namun karena harga turun 2,76% MoM bahkan YoY turun 33%, bisa dipahami mengapa terjadi penurunan ekspor," kata Suhariyanto, Kepala BPS, dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta, Senin (16/12/2019).
Bisnis - Terkini - Google Berita
December 16, 2019 at 12:15PM
https://ift.tt/2YTy44V
Masalah RI Bukan Cuma Neraca Dagang Tekor, Lebih dari Itu! - CNBC Indonesia
Bisnis - Terkini - Google Berita
https://ift.tt/34Gk0OK
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Masalah RI Bukan Cuma Neraca Dagang Tekor, Lebih dari Itu! - CNBC Indonesia"
Post a Comment